Sabtu, 20 September 2014

Filled Under:

Bab 1 Analisa Qur‟an Berdasarkan Catatan Sejarah

Image
IBN ABBAS
Ibn Abbas, ahli Islam dan penafsir Qur’an terkenal adalah narator yang doyan takhayul dan tak paham kronologi sejarah.
Salah satu sumber keterangan ahadis yang paling utama adalah Abdullah ibn Abbas. Dia adalah putra Abbas, paman Muhammad. Dia berusia 13 tahun saat Muhammad mati. Dia disebut sebagai “Heber al-Ummah حبر الامة, yang berarti “sang ahli negara Islam.” Ibn Abbas mengisahkan bahwa hadis Muhammad, dan merupakan salah satu penafsir Qur’an terkemuka di dunia Islam. Dia mati di tahun 690 M.
Keterangan² dari Ibn Abbas tidak dianggap sebagai sejarah ketika dia berusaha mendukung keterangan² Muhammad. Contohnya, dia mengatakan semua anak cucu Adam, sampai di jaman Nuh, adalah Muslim. [85] Dia mengatakan bahwa masyarakat Babylon adalah Muslim. [86] Sama seperti Muhammad, yang mengatakan berbagai tokoh sejarah kuno adalah Muslim, Ibn Abbas pun percaya akan keterangan Muhammad tanpa memeriksanya terlebih dahulu dengan fakta sejarah. Rupanya Ibn Abbas hidup di lingkungan yang tak memiliki pendidikan sejarah umum. 
[85] Tarikh al-Tabari, I, hal. 118
[86] Tarikh al-Tabari, I, hal. 125
Ibn Abbas juga menciptakan berbagai kisah sejarah palsu tentang tokoh² Alkitab. Contohnya, dia mengarang kisah tentang tongkat Musa. Ibn Abbas mengatakan bahwa tongkat itu diberikan seorang malaikat kepada Musa saat sedang berada di Midian. Pendeta Midian, yang lalu jadi mertuanya, berdebat dengannya tentang siapakah yang lebih berhak memiliki tongkat itu, sampai akhirnya seorang malaikat datang dan memutuskan bahwa tongkat itu milik Musa. [87]
[87] Tarikh al-Tabari, I, hal. 237
Dongeng² karangan Ibn Abbas sarat dengan berbagai nama tokoh Alkitab Perjanjian Lama. Contohnya: Ibn Ishaq (yang mengutip dongeng Ibn Abbas) menulis banyak kisah tentang Og. Og adalah Raja Bashan, daerah di Trans-Yordania yang dikalahkan Musa dan bani Israel sebelum masuk ke tanah Kanaan. Kita bisa baca kisahnya di Ulangan 21. Ibn Abbas mengatakan bahwa Og tingginya adalah 800 ell. Karena satu ell adalah 3 kaki, maka tinggi Og adalah 2.400 kaki atau 800 yard, atau delapan kali panjang lapangan sepakbola. Ibn Abbas juga mengatakan bahwa Musa setinggi 10 ell, atau 30 kaki. Tapi meskipun tinggi Musa hanya mencapai tinggi tumit Og, Musa tetap mampu membinasakannya. Og begitu besar sehingga tubuhnya menjadi jembatan sungai Nil di Mesir. Meskipun tiada seorang pun di Alkitab ynag hidup lebih dari 969 tahun, Ibn Abbas mengatakan Og hidup selama 3000 tahun. [88]
[88] Tarikh al-Tabari, I, hal. 254
Sama seperti Muhammad, Ibn Abbas tetapi dipercayai Muslim karena pembaca Muslim juga buta sejarah. Mereka itu suka dongeng² takhayul yang membesar-besarkan figur sejarah atau pahlawan, seperti yang banyak ditemukan di berbagai dongeng Persia dan Arabia.
Ibn Abbas Buta Kronologi Sejarah
Sama seperti Muhammad, Ibn Abbas juga tak tahu kronologi sejarah. Dia mengatakan berbagai kisah tokoh² Alkitab tanpa mengetahui kapan mereka hidup. Hal ini terjadi terus-menerus dalam tulisannya. Contohnya, Ibn Abbas mengatakan terdapat jangka waktu 179 tahun antara jaman Musa dan Daud hidup. [89] Kita tahu dari Alkitab bahwa Musa lahir sekitar 1525 SM, dan Daud menjadi raja di sekitar tahun 1004 SM, atau setidaknya 500 tahun kemudian.
[89] Tarikh al-Tabari, I, hal. 496
Darimana Ibn Abbas mendapatkan keterangan jumlah tahun yang ngawur ini? Sebagian kisah²nya berasal dari para sahabat Muhammad. Ada kemungkinan mereka mendengarnya dari Muhammad sendiri. Ibn Abbas mengatakan kisah tentang orang di Israel yang bermimpi bahwa kehancuran Yerusalem terletak di tangan bocah miskin, putra seorang janda. Bocah ini bernama Nebukadnezzar. Maka orang Israel ini pergi ke Babel untuk mencari Nebukadnezzar. Ia menemui ibunya dan mendapatkan Nebukadnezzar sedang mengumpulkan kayu. Di pundaknya terdapat kumpulan kayu yang terikat. Orang Israel itu membeli kayu² tersebut seharga 3 denarii (mata uang Romawi), yang sebenarnya belum ada di jaman itu, dan meminta anak laki itu untuk membelikan makanan. Nebukadnezzar membeli roti, daging, anggur dengan uang tersebut, dan mereka pun memakan apa yang dibelinya. Di hari kedua dan ketiga, orang Israel itu tetap melakukan hal yang sama. Lalu dia berkata pada Nebukadnezzar, “Jika suatu hari kau menjadi Raja, apakah kau akan memberiku keamanan?” Nebukadnezzar menjawab, “Apakah kau mengejekku?” Orang Israel itu menjawab, “Tidak, tapi beri aku tanda bahwa kau tak akan membunuhku.” Ibu Nebukadnezzar berkata pada putranya, “Kau tak akan rugi apapun, jadi tulis saja surat keamanan baginya.”
Dongeng Ibn Abbas ini menghibur para Arab yang buta sejarah. Ibn Abbas pun tampak bagaikan ahli sejarah di mata mereka, karena dia begitu sering melaporkan perkataan Muhammad dan para sahabatnya, lengkap dengan latar belakang sejarahnya. Tapi orang² terpelajar jaman sekarang bisa melihat bahwa kisah² ini adalah dongeng Arab semata untuk menghibur orang saja. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Nebukadnezzar adalah putra Nabopolassar, Raja Babylon, yang membebaskan Babylon dari penjajahan Assyria, menghancurkan kekaisaran Assyria, dan meratakan ibukotanya yakni Niniwe.
Ibn Abbas juga mengatakan bahwa Raja Israel ingin menikahi putri dari istrinya (anak tirinya). Tapi Yahya Pembaptis berkata padanya, “Haram bagimu untuk menikahinya.” Ini tentunya kisah yang salah, karena Perjanjian Baru menjelaskan bahwa Raja Herodes adalah pembunuh Yahya Pembaptis, dan Herodes bukanlah Raja Israel, melainkan orang Edom yang diangkat penjajah Romawi untuk menjadi Raja. Israel ditaklukkan Romawi di tahun 721 SM. Raja Herodes menikahi istri abangnya, yakni Philip. Herodes memerintahkan pembunuhan Yahya Pembaptis karena Yahya berani mencela Herodes yang menikahi istri abangnya, dan bukan anak tirinya seperti keterangan Ibn Abbas.
Ibn Abbas mengatakan putri tiri Raja memberinya sebuah minuman. Ketika Raja ingin ngesex dengannya, putri ini meminta kepala Yahya Pembaptis dipenggal terlebih dahulu. Raja mengabulkan permintaannya. Tapi ketika kepala dibawa padanya, Ibn Abbas mengatakan bahwa kepala itu tak hentinya mengatakan, “Haram bagimu untuk menikahinya.” Lalu Raja memerintahkan kepala itu dikubur. Tapi setelah kepala dikubur, darah muncul dari permukaan tanah dan kepala itu terus saja menangis, sehingga orang² menimbuninya dengan tanah yang lebih banyak lagi untuk menutupi darah, sampai gundukan tanah mencapai tinggi tembok. Meskipun demikian, darah terus mengalir keluar. Ketika Nebukadnezzar mendengar kisah darah tersebut, dia membalas kematian Yohanes Pembaptis dengan menghancurkan kota itu bersama bantuan pasukan Romawi. [90]
[90] Tarikh al-Tabari, I, hal. 346, 347.
Alkitab Perjanjian Baru menyatakan kisah yang berbeda tentang bagaimana Yahya Pembaptis dipenggal. Ketika putri istri Herodes menari bagi Herodes, putri ini diperintahkan ibunya untuk meminta kepala Yahya Pembaptis di atas nampan. Tapi Ibn Abbas rupanya membubuhkan berbagai bumbu pada cerita. Nebukadnezzar sebenarnya tidak hidup di jaman Yahya Pembaptis. Nebukadnezzar menghancurkan Yerusalem di tahun 586 SM, dan tentara Romawi melakukan hal yang sama di tahun 70 M. Kedua kejadian ini tak ada hubungannya dengan pemenggalan Yahya Pembaptis yang terjadi di tahun 33 M.
Ini hanya sedikit dari begitu banyak contoh dongeng karangan Ibn Abbas, tokoh Islam yang dianggap terpelajar dan sangat dipercaya umat Muslim sedunia.
Ibn Abbas Membenarkan Aturan Free Sex buatan Muhammad
Sebagai sejarawan Muslim, Ibn Abbas membenarkan berbagai hukum yang ditetapkan Muhammad. Contohnya, Muhammad menetapkan sex bebas halal bagi Muslim yang berjihad. Mereka diperbolehkan free sex dengan para wanita milik para kafir yang mereka taklukkan. Contohnya, ketika Muhammad menaklukkan Mekah, dia memperbolehkan para Muslim ngesex bebas dengan para wanita Mekah. [91]
[91] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 187
Free sex adalah halal bagi Muslim di jaman Muhammad, tidak hanya di saat perang, tapi juga di saat damai. Menurut hadis Muslim sahih, di jaman Muhammad dan para Kalifah, para Muslim boleh ngesex dengan para wanita, selama mereka membayar para wanita itu dengan kurma dan tepung. [92] Hadis Muslim Sahih melaporkan bahwa free sex halal bagi Muslim dan banyak dipraktekkan di jaman Muhammad dan dua Kalifah pertama, yakni Abu Bakr dan Umar. [95] Muslim Sahih juga melaporkan kesaksian para sahabat Muhammad yang mengatakan mereka dulu bebas ngesex dengan para wanita selama beberapa hari, asalkan mereka membayar para wanita itu. [94]
[92] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 183
[93] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 183
[94] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 184, 185, dan 187
Ada banyak ayat Qur’an yang menyiratkan penghalalan free sex. Salah satunya adalah Qur’an, Sura 4, ayat 24:
dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Bagian pertama ayat ini, “dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami” melarang para Muslim untuk ngesex dengan Muslimah yang telah menikah. Ayat ini tidak membicarakan pernikahan, karena tak masuk akal untuk menikah dengan wanita yang telah menikah. Ayat ini menyatakan free sex dengan para wanita yang dimiliki Muslim melalui perang atau melalui pembelian budak sex dengan uang. Ayat ini juga menerangkan “lebih jauh lagi”, yakni ngesex dengan para wanita dengan membayar wanita itu (“tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu.”). Hal ini tentunya adalah ngesex dengan pelacur atau kawin mut’ah (bayar dulu, upacara nikah, ngesex dalam jangka waktu yang telah disetujui, dan lalu pernikahan bubar). Banyak ahli Islam yang menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa Muhammad memperbolehkan Muslim melakukan kawin mut’ah untuk beberapa saat saja, dengan syarat membayar pihak wanita dengan uang. Mengapa Muhammad memperbolehkan umatnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan sex amoral seperti ini? Hal ini menjelaskan mengapa kedudukan wanita sedemikian rendah di masyarakat Muslim jaman sekarang.
Al-Bukhari mengutip perkataan Umar bin Hasin, sahabat Muhammad:
Ayat yang memperbolehkan free sex datang dari buku Allah – yakni Qur’an – dan kami melakukan free sex di jaman Nabi Allah. Tiada satu pun ayat Qur’an yang melarangnya atau memperingatkannya sebelum Muhammad mati. [95]
[95] Hadis Bukhari Sahih, Vol. 5, hal. 158
Hal ini menunjukkan bahwa selama jaman Muhammad, umat Muslim, melalui pelafalan Qur’an, mempraktekkan free sex dengan para wanita. Ibn Abbas membenarkan praktek free sex ini karena Muhammad memperbolehkannya dan karena Qur’an sendiri menyatakan begitu. [96]
[96] Hadis Muslim Sahih, Vol. 9, hal. 190
Di jaman sekarang, Muslim Syiah masih melakukan nikah mut’ah, karena ayat Qur’an menyatakan begitu, dan karena Muhammad mengijinkan praktek mut’ah di masa hidupnya. [97]
[97] Alessandro Bausani, L’Islam, Garzanti Milano, 1980, hal. 117
Ibn al-Nadim, sejarawan Arab terkenal, menyatakan banyak penulis Islam yang menulis keterangan membela free sex berdasarkan contoh ijin dari Muhammad sewaktu hidupnya, dan juga di jaman para Kalifah yang menggantikannya. Salah satu dari para penulis ini adalah al-Safwani yang menulis buku “Free sex dan penghalalannya, dan bantahan terhadap orang² yang mengharamkannya.” [98]
[98] Ibn al-Nadim, al-Fahrisit, hal. 197
Aturan sex amoral Muhammad bagi umat Muslim, yang dibenarkan oleh Ibn Abbas ini, menjadi dilema perdebatan Muslim sepanjang sejarah Islam. Jamal Il-Banna’, penulis kontemporer Islam dari Mesir, membela Nikah mut’ah (nikah untuk senang² sex belaka) di bukunya yang diterbitkan di Mesir, dengan mengatakan bahwa kontrak nikah sex ini mencegah pria untuk melakukan perzinahan. [99] Orang² seperti Il-Banna mengikuti aturan Muhammad dalam menghalalkan perzinahan.
[99] Jamal Il-Banna’, Masuliat Fashal al-Dalah al-Islamiah, quoted by al-Hayat, Arabic Magazine
Akibatnya, nikah mut’ah, nikah misyar, yang semuanya dilakukan demi kesenangan sex belaka, sangat membudaya dalam masyarakat Arab sampai jaman sekarang. Ammianus Marcellinus menulis di tahun 378 M tentang kebiasaan di berbagai suku Arab untuk melakukan nikah dengan tujuan mendapatkan kesenangan sex belaka. [100] Dengan demikian kita melihat Muhammad mewariskan aturan amoral sex Qur’an ke kebudayaan masyarakat Arab jaman sekarang.
[100] Ammianus Marcellinus, Historiae, XIV, 4, 4
Ibn Abbas Berperan Penting dalam Menerangkan Dongeng² Qur’an
Langit Tujuh Lapis
Ibn Abbas memiliki peranan penting dalam menjelaskan dongeng² Qur’an. Kadangkala dongeng² ini dijabarkan dalam bentuk kesimpulan singkat saja yang terdiri dari satu atau dua kalimat. Dongeng² ini sukar dimengerti tanpa penjabaran dari hadis Muhammad atau keterangan dari Ibn Abbas. Biasanya, keterangan Ibn Abbas mengandung banyak detail yang memudahkan kita untuk menelusurui asal-usul dongeng² yang dinyatakan Muhammad dalam Qur’an. Ibn Abbas hidup di lingkungan di mana Muhammad hidup, sehingga dia akrab sekali dengan latar belakang dongeng² Qur’an. Contohnya adalah tafsir Ibn Abbas tentang Sura al-Talaq (65), ayat 12. Berikut adala isi Q 65:12
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
Ayat ini menerangkan pengertian Muhammad bahwa langit terdiri dari tujuh lapis. Muslim yang mati akan masuk lapisan surga tertentu, tergantung dari amal perbuatannya. Menurut ayat ini dan Hadis Muhammad, terdapat tujuh lapis bumi yang saling bertumpuk satu sama lain. Malaikat Jibril terang naik turun diantara tujuh lapis langit dan bumi dengan membawa perintah Allah. Muhammad mencontek gagasan ini dari kepercayaan masyarakat Mandaia di mana dewa cahaya Pthahil menciptakan tujuh lapis langit. [101] Masyarakat Mandaia juga menyebut dewa Pthahil dengan nama Jibril. [102] Tujuh lapis bumi diciptakan oleh Hibil Ziwa, yang juga dikenal dengan nama Jibril oleh masyarakat Mandaia. [103]
[101] Ginza Rba, book 13, diterjemahkan oleh Yousef Matta Khuzi dan Sabih Madlul al-Suheiri, Bagdad, tahun 2001, hal. 220
[102] Diwan Masbuta d Hibil Ziwa, dari Haran Gawaita and the Baptism of Hibil Ziwa, Citta del Vaticano, Biblioteca Apostolica, hal. 34
[103] The Canonical Prayerbook of the Mandaeans, diterjemahkan oleh Drower, Leiden 1959, hal. 295
Ibn Abbas menjelaskan ayat Qur’an ini dengan mengatakan Jibril terbang naik turun membawa perintah Allah ke setiap lapis bumi. Ibn Abbas berkata:
Di setiap lapis bumi, terdapat makhluk² ciptaan yang sama seperti di bumi ini, bahkan juga Adam seperti Adam-mu, dan Abraham seperti Abraham-mu. [104]
[104] Ibn Kathir, al-Bidayah Wal Nihayah, I, hal. 20
Berdasarkan penjelasan Ibn Abbas, perintah Allah dibawa Jibril kepada para Nabi di setiap lapis bumi.
Dapur Pemanas Penyebab Air Bah
Dalam Qur’an, Muhammad mengatakan bahwa banjir Nabi Nuh disebabkan karena “dapur mendidih dan memancarkan air.” Ini merupakan dongeng Sumeria yang menerangkan adanya air kotor yang mendidih di bawah tanah, yang mengalir dari masa ke masa dan membanjiri Sungai Eufrat dan Tigris, sehingga menyebabkan tanah di daerah itu tak layak tanam. Terdapat naskah Sumeria yang mengatakan bahwa air dari dunia bawah tanah berasal dari tempat bernama “Kur,” yang mengganti air di sungai dan mematikan ladang² pertanian. [105]
[105] The Sumerians Their History, Culture, And Character, Samuel Noah Klemer, hal. 151
Dongeng Sumeria mengisahkan bahwa Ninurta, dewa badai angin selatan dan putra Enlil, dewa Sumeria atmosfir yang terkenal, menghambat datangnya air kotor dengan cara menumpukkan batu di suatu tempat di Mesopotamia. [106] Tumpukan batu ini bagaikan dapur panas yang membuat air mendidih, mencoba mengalir ke luar untuk membanjiri permukaan. Dongeng ini menjadi dasar kisah air bah Nabi Nuh dalam Qur’an, seperti yang bisa dibaca di Sura Hud (11), ayat 40:
[106] The Sumerians Their History, Culture, And Character, Samuel Noah Klemer, hal. 152
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
Kata Tannur di Q 11:40 (diterjemahkan Depag RI jadi “dapur”) dalam bahasa Arab berarti “tungku batu.” Dongeng Tannur ini menyebar diantara masyarakat Arab. Kebanyakan penulis Arab, termasuk al-Shaabi, menyatakan bahwa Tannur ini terletak di Kufa [107], tempat di mana Sumeria terletak, dan mencoba membenarkan dongeng Qur’an. Ibn Abbas mengatakan bahwa Tannur yang mengakibatkan banjir air bah di jaman Nabi Nuh ini terletak di India. [108] Ibn Abbas menjelaskan makna sebenarnya yang dimaksud Muhammad dengan kata “Tannur” dalam Qur’an. Dari penjelasan Abbas, kita tahu bahwa Muhammad mengira air bah itu muncul dari sebuah tungku ynag terletak di Babel selatan, tapi dia menetapkan tempatnya lebih jauh daripada itu. Meskipun kisah Ibn Abbas tidak setepat kisah Syabi, tapi cukup untuk menjelaskan dongeng Mesopotamia merupakan asal-usul ayat Qur’an.
[107] Ibn Kathir, al-Bidayah Wa Nihaiah, I, hal. 114
[108] Ibn Kathir, Al Bidayah Wa Nihayah, I, hal. 114
Masyarakat Sumeria telah pernah melihat air lumpur kotor meluap membanjiri tanah mereka dari waktu ke waktu. Mereka kira air berlumpur ini berasal dari dunia bawah tanah yang memusuhi mereka. Tapi sebenarnya air berlumpuru ini terjadi ketika sungai² Eufrat dan Tigris meluap, membawa air berlumpur yang berasal dari pegunungan Mesopotamia Utara dan Turki. Karena menyebabkan banyak kesengsaraan, air berlumpur ini dianggap musuh oleh masyarakat Mesopotamia. Dongeng Sumeria tentang banjir air lumpur ini diwariskan ke setiap generasi dan dianut oleh berbagai kepercayaan dan sekte yang ada di sekitar Mesopotamia. Diantara sekte² tersebut adalah sekte Mandaia yang juga dikenal sebagai sekte Sabi (Sabian). Dalam kitab² suci Sabi, kita temukan “makhluk² bercahaya” turun ke bawah bumi, yang merupakan bagian dari tujuh lapis bumi. Mereka membawa pesan dari “Raja Cahaya” bagi orang² yang hidup di berbagai lapis bumi. Di kitab suci Mandaia berjudul Ginza Rba, tercantum kisah tentang Mandadahi, yang merupakan salah satu “makhluk bercahaya.” Dia bersaksi bahwa, setelah kembali dari bawah bumi, dia melihat “air hitam bergolak dan mencoba memancar ke permukaan bumi.” [109]
[109] Ginza Rba, book 3, first Hymn, diterjemahkan oleh Yousef Matta Khuzi dan Sabih Madlul al-Suheiri, (Bagdad, tahun 2001), hal. 51
Image
Lho… kok pake acara baptis segala? Kayak Kristen nih.
Dari keterangan itulah kita mengetahui bahwa dunia bawah bumi dikenal sebagai tempat yang bermusuhan, hitam, gelap, penuh air kotor. Hal ini persis sama dengan penjabaran Tubb’a, pemimpin Yemen yang menjabarkan matahari tenggelam di air yang berlumpur, hitam, kotor. Anggapannya ini sesuai dengan anggapan orang kuno yang mengira matahari tenggelam ke dunia bawah tanah, untuk menyirani penghuni bawah tanah, sebelum terbit kembali dan terbang ke atas untuk menerangi lapisan² langit, atau berada di langit dan menyembah para dewa.
Masyarakat Babylon percaya bahwa matahari, yakni Samas atau Utu, masuk ke pintu gerbang surga dan terbit di pintu gerbang Timur. Ada pula dongeng lain yang dipercaya orang² Babylon yang menyatakan bahwa matahari tenggelam ke bawah tanah di malam hari untuk menerangi dunia bawah tanah. Orang² Mesir juga percaya bahwa matahari tenggelam ke bawah tanah untuk menerangi dunia bawah tanah.
Agatharchides dari Cnidus melaporkan kepercayaan orang² Yemen bahwa matahari tenggelam dalam lautan, [110] dan ini berarti matahari tenggelam masuk ke dalam air di malam hari guna menerangi dunia bawah tanah. Tubb’a, ketua Yemen yang menjajah Mekah, juga percaya bahwa matahari tenggelam di dalam air berlumpur. Muhammad memasukkan kepercayaan itu ke dalam Qur’an, dan menambahkan bahwa Alexander Agung (Dzul Zulkarnaen) melihat matahari tenggelam di dalam kolam lumpur.
[110] Dari buku kelima Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan dari Photius, Bibliotheca, dikutip oleh Burstein, hal. 171-fragment 107a ; dari buku kelima Agatharchides of Cnidus, on the Erythraean Sea, petikan dari Diodorus, Library of History, dikutip oleh Burstein, hal. 171, fragment 107b
Bagaimana mungkin buku yang sarat dengan dongeng omong kosong bisa dipegang untuk jadi panduan tentang kematian dan persiapan kehidupan abadi nantinya? Buku sarat dongeng ngawur ini justru menyesatkan pembacanya dari kebenaran.
Ibn Abbas membantu kita untuk mengetahui bahwa kota Antiokhia-lah yang dikatakan Muhammad sebagai kota yang dikutuk dan lalu dihancurkan dengan jeritan keras di jaman awal Kristen. Keterangan ini tentu saja sangatlah ngawurnya.
Sebagaimana yang telah kita lihat sebelumnya dalam Qur’an Muhammad bicara tentang dua murid yang melalui sebuat kota di mana mereka akan bergabung dengan murid ketiga. Dari text Qur’an kita ketahui bahwa Muhammad mengacu pada missi Barnabas dan Paul ke kota Antiokhia. Kedatangan mereka diperkuat dengan kehadiran Silas, yang dikirim para Rasul di Yerusalem. Muhammad mengatakan masyarakat kota itu dibinasakan melalui jeritan yang keras. Ini sudah jelas adalah keterangan sejarah yang sangat salah. Ibn Abbas membenarkan bahwa kota yang dimaksud Muhammad adalah Antiokhia.
Literatur Islam kuno, yang sarat dengan mithologi (dongeng² kuno) dan keterangan sejarah yang salah diterima begitu saja oleh masyarakat Medina yang tak berpendidikan dan suka takhayul.
Ibn Abbas menyusun jembatan berguna antara dongeng² asli dan contekannya di Qur’an. Narasi dalam Qur’an menunjukkan bahwa Muhammad bingung akan fakta sejarah. Tapi baik Ibn Abbas maupun Muhammad, ataupun para tokoh utama Hadis, atau orang² yang mengutip perkataan mereka, semuanya bukanlah orang² yang terpelajar dan bukan sumber terpercaya akan sejarah Mekah, terutama sebelum 570 M, yakni Tahun Gajah. Mulai di tahun itulah masyarakat suku Quraysh, penghuni kota Mekah, mulai mencatat sejarah kotanya. Al-Shaabi, salah satu sumber keterangan terpenting bagi Ibn Ishaq, membenarkan hal itu.
Apa yang ditulis para sejarah awal Islam serupa dengan tulisan Muhammad dalam Qur’an dan hadis. Semuanya mengandung kesalahan serius dalam kronologi sejarah. Mereka mengambil berbagai dongeng (mithologi) Arabia, Persia, dan berbagai daerah Timur Tengah dan menyisipkan atau menggabungkan dengan berbagai figur dan tokoh Perjanjian Lama. Setiap orang yang menciptakan sejarah baru versinya sendiri, bisa pula membuat agama Arab baru seperti yang Muhammad lakukan.
Masa di mana orang² ini, termasuk Muhammad, hidup adalah sekitar abad ke 7 dan 8 M. Di jaman ini, Arabia dipengaruhi berbagai sekte dan agama, seperti Zorastria, Sabian – yang merupakan kombinasi agama Mandaia dan Harranisme – Manikheisme, Gnotikisme, dan dongeng² Yahudi, yang banyak tersebar di berbagai suku Arab. Agama Yudaisme yang asli disebarkan oleh suku² Yahudi. Agama Kristen tumbuh sewaktu umat Yahudi pindah agama dan memeluk Kristen, dan non-Yahudi pun melakukan hal yang sama. Agama² Arab, terutama agama Pemuja Bintang dan kepercayaan Jinn, semuanya merupakan bagian dari percampuran agama. Agama² dan sekte² ini saling mempengaruhi, terutama di daerah sekitar Mekah dan Medina. Dongeng² dari sekte² dan filosofinya kemudian dianut oleh kelompok² baru, dan jadi sumber materi yang dimuat Muhammad dan para sahabatnya dalam Qur’an.
Penduduk Medina tidak terpelajar seperti penduduk Mekah. Penduduk Mekah banyak berhubungan dengan Kekaisaran Byzantium melalui perdagangan. Dongeng² kuno dalam Qur’an diterima masyarakat Medina, sedangkan masyarakat Mekah mengenalnya sebagai “dongeng² orang jaman dulu” [111] dan keterangan ini juga tercantum dalam Qur’an.
[111] Qur’an 16:24; 27:68 ; 23:83 ; 25:5; 68:15
Suku² Aws dan Khazraj di Medina percaya sepenuhnya akan dongeng² yang dicantumkan Muhammad dalam Qur’an. Masyarakat Medina yang percaya takhayul menerima Muhammad sebagai Nabi besar, dan percaya akan keterangan sejarah ngawur yang diajukannya. Ibn Abbas terkenal sebagai ulama besar Islam, dan dia pun menyampaikan keterangan sejarah berdasarkan dongeng² Timur Tengah. Dia mendengar dongeng² ini dari ayahnya, yang merupakan paman Muhammad yang memeluk Islam. Ayahnya ini terus-menerus berada di samping Muhammad, dan mendengar dongeng² itu darinya. Ibn Ishaq, penulis sejarah Islam terkenal lainnya, tumbuh besar di Medina. Dia melebih-lebihkan bagian kisah dongeng yang tidak diterangkan Ibn Abbas. Ibn Ishaq menciptakan silsilah keturunan dan berbagai kisah dongeng dari Mekah, tapi masyarakat Medina tak percaya akan keterangannya.
Literatur primitif Islam (Qur’an) yang sarat mithologi dan kronologi sejarah ngawur diterima masyarakat Medina, dan lalu dipaksakan untuk diterima kepada masyarakat Arabia dan Timur Tengah dengan ancaman pedang. Qur’an ditampilkan sebagai sejarah dunia yang benar, dan kebenarannya tidak boleh dipertanyakan atau diragukan oleh siapapun. Karena Allah-lah yang menjadi sumber keterangan Muhammad, maka keterangan itu harus dibela Muslim, sampai² para Muslim harus menciptakan sejarah baru agar bisa menghubungkan dengan kejadian masa lalu yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Umat Muslim mengikuti ajaran² Muhammad, meskipun tak ada satu pun dokumen sejarah kuno yang membenarkan sejarah karangan mereka. Tulisan² Ibn Ishaq dan Ibn Abbas, dan juga Wahab bin Munabbih, dianggap benar oleh umat Muslim. Sejarah karangan mereka menggantikan keterangan catatan sejarah sebenarnya karena umat Mulsim ingin mengisi kekosongan diantara klaim² Muhammad dan fakta² sejarah.
Karena tiada metoda penyimpanan arsip bersejarah dan teknologi cetak seperti jaman sekarang, maka biasanya keterangan dianggap benar jika tertulis selama empat abad oleh para penulis. Kita punya para sejarawan yang menulis tentang Arabia di abad² 7, 8, dan 9 M. Ini berarti kita punya keterangan akurat tentang Arabia selama empat abad, tapi apa yang mereka tulis sangatlah berbeda dengan apa yang ditulis oleh Ibn Ishaq, Ibn Abbas dan para Muslim lainnya yang lahir di Medina, yang menulis tentang Mekah dan Ka’bah-nya.
Dengan membandingkan tulisan sejarah kedua kelompok ini, kita bisa menarik kesimpulan tentang sejarah suku² Arab tertentu dan pola imigrasi mereka dari Yemen ke bagian Arab lainnya, termasuk bagian Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Meskipun begitu, kita tidak bisa mendapatkan keterangan yang kredibel sebelum abad ke 2 M, karena para penulis hidup di sekitar abad 8 dan 9 M. Akan tetapi, dari keterangan mereka kita bisa menyimpulkan bahwa pendiri utama kota Mekah adalah suku Khuzaa’h di abad ke 4 M, dan masyarakat Quraysh mulai menempati kota itu di abad ke 5 M. Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pendiri utama Ka’bah adalah orang Himyarite, yang adalah orang pagan dan pemimpin Yemen, yang bernama Asa’d Abu Karb. Dia juga dikenal sebagai Abu Karb Asa’d, dan dia berkuasa di Yemen tahun 410-435 M.
Dari catatan² sejarah, kita tahu bahwa Hajar Aswad (Batu Hitam) dibawa ke Mekah dari Yemen. Para penulis Islam mengajukan berbagai keterangan tak masuk akal tentang tiadanya batu hitam itu di Mekah sebelum Quraysh hidup di kota itu, karena mereka ingin mendukung keterangan Qur’an bahwa batu itu berasal dari surga, dan sudah ada sejak jaman Abraham.
Dari pengamatan catatan sejarah pula kita bisa mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan di sekeliling Ka’bah, asal-usul ibadah haji di Mekah. Riset sejarah haruslah berdasarkan catatan sejarah yang benar. Kita punya banyak sumber seperti itu. Para sejarawan dan ahli geografi Yunani yang mengunjungi Arabia menulis berbagai buku tentang apa yang mereka lihat. Catatan² tentang negara² yang menjajah daerah itu memberi kita keterangan yang terpercaya. Keterangan lain bisa kita dapat dari penemuan² di Arabia dan negara² sekitarnya. Alkitab juga merupakan sumber terpercaya tetnang berapa banyak suku² Arab yang bermunculan di jaman kuno. Keterangan² Alkitab mengungkapkan jalur dagang yang dilalui masyarakat kuno dari Arab, dan daftar berbagai negera dan kota di sepanjang jalur tersebut.
Keterangan penting ini menolong kita untuk mengetahui kota mana saja yang telah ada di Arabia barat sebelum jaman Kristen. Semua sumber tidak menyebut keberadaan kota Mekah sebelum abad ke 4 M. Sumber² catatan sejarah juga menerangkan sejarah kaum Ishmael – di mana mereka hidup dan ke mana mereka pergi berimigrasi. Tak ada keterangan yang menyatakan kaum Ishmael hidup di Mekah, atau menjadi pewaris atau pendiri agama monotheisme, seperti yang dinyatakan Muslim.
Mengapa Umat Muslim Perlu Mempelajari Sejarah
Umat Muslim seharusnya mempelajari sejarah yang benar dan membandingkannya dengan tulisan² yang dibuat Ibn Ishaq, Ibn Abbas, dll di abad ke 8 dan 9 M untuk mendukung dusta Muhammad. Untuk menerangkan pentingnya mempelajari hal ini, marilah lihat sejarah Afrika. Kita tahu bahwa banyak suku Afrika yang percaya sihir dan meminta bantuan para dukun jika menghadapi masalah. Semua sikap bodoh ini berhenti mereka lakukan begitu mereka menyadari akan kebenaran.
Aku tahu banyak umat Muslim yang memandang literatur Medina sebagai keterangan suci yang tak terbantahkan, meskipun penulisnya buta kronologi dan fakta sejarah. Tulisan² mereka bahkan jauh lebih kacau balau daripada tulisan² dari sekte² pagan lainnya di Timur Tengah. Aku akan menampilkan keterangan sejarah Mekah, Ka’bah, dan kaum Ishmael. Penyelidikan ini penting untuk menolong umat Muslim menemukan sejarah yang benar, dan membandingkannya dengan keterangan sejarah yang ditulis Muslim di Medina pada abad 7 dan 8 M.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 islamic history.